Postingan

BERUJUNG PADA YANG SEBENARNYA : Sebuah Fiksi

Bagiku, keterpurukan itu bukan tentang cinta yang tak dibalas, melainkan ketika kita sudah saling mencintai, ia memutuskan pergi dengan yang lain. Saat itu, aku menjadi pribadi yang paling menyedihkan, menghantarkan pasanganku kepada jodohnya yang sesungguhnya. Aku hanya hadir untuk menyelipkan kenangan indahnya sebelum dia bertemu dengan wanita yang tidak ku tahu datang dari bumi belahan mana. Aku mengenal pria itu sekitar 5 tahun lalu dihitung dari hari ini. Kalau diingat-ingat, dia yang lebih dulu mencari-cari perhatian. Akhirnya aku luluh. Wanita memang seperti itu, lemah di pendengaran, mudah sekali dikasih harapan-harapan. Sedangkan kebanyakan pria, senjatanya adalah rayuan-rayuannya. Kami memutuskan untuk saling mencitai satu sama lain. Kawan-kawanku mendukungku dengan penuh, orang tua ku amat menyukai pria itu, aku jua dikenalkan pada kawan-kawannya, dan aku begitu dekat dengan orang tuanya. Tidak ada yang perlu kami ragukan lagi, sebab kepercayaan sudah melekat di masing-m

PAHAMI KAMI SEBAGAI SEORANG SKIZOFRENIA : Sebuah Fiksi

Aku membenci semua manusia di dunia ini kecuali diriku sendiri. Terkhusus kepada orang-orang yang dengan mudah menjudge diriku gila. Padahal, aku adalah unik. Mereka diberi penjelasan sesederhana itu saja tidak mau mendengar, seolah-olah mereka yang paling benar.  Aku ini terlampau pandai, makanya aku tidak bisa menjalani hidup dengan orang-orang seperti mereka yang licik, terkhusus daftar nama-nama yang pernah mengucilkanku. Makanya aku memutuskan untuk menjadi berbeda. Tapi yang lebih lucu, mereka semakin menertawakanku . Pun sama saja apa yang aku lakukan tidak pernah dihargai. Saat aku normal seperti mereka, mereka selalu meremehkanku, mengucilkanku, menjauhiku, menertawakanku, bahkan mengkhianatiku. Saat aku memutuskan menjadi saat ini , sikap mereka bertambah parah. Inikah definisi sesungguhnya m anusia yang tidak memanusiakan ? Padahal aku ini jua manusia. Bukan han ya a ku, tapi juga mewakili t angisan kawan-kawanku, yang bernasib s ama.

TOPENG : Sebuah Fiksi

Perkenalkan, seorang aku yang lebih pantas menjadi orang lain. Bahkan aku lupa bagaimana seharusnya aku yang sebenarnya. Seorang aku yang mengidap depresi berat. Aku tidak berpura-pura, atau mengasihani diriku sendiri dengan mengaku-ngaku depresi. Sebenar-benarnya yang aku alami sebab aku sudah mendapat diagnosis itu. Seiring berjalannya hari, bukannya penyakit itu sembuh, melainkan bertambah parah. Aku yang tak kunjung membaik sebab lingkungan ku terlal u jahat, mereka melihatku sebagai manusia yang aneh , yang suka menampakkan ketidakje l asan t an pa henti . Aku tidak tahu harus memulai dari mana, untuk begitu banyak rangkaian kisah yang ingin aku bagikan. A ku tidak begitu banyak mengingat kejadian-kejadian di masa kecilku. Yang aku ingat, amat sangat sedikit makna kebahagiaan yang benar-benar dapat aku nikmati sejauh aku bernafas sampai saat ini. Seorang aku, hidup di lingkungan dengan keluarga tanpa memiliki pondasi yang cukup kokoh untuk di singgahi . Ditempa badai  angin

Batang Pensil Ajaib

Aku bocorkan sedikit rahasia. Teruntuk, siapa pun itu yang pernah merasa terpuruk, kecewa, marah, namun tidak tahu bagaimana seharusnya berdamai dengan semua itu. Mungkin, ada beberapa potongan kisah yang orang ingin hapus dalam hidupnya, tapi nyatanya tidak berhasil.. Jadilah mereka hidup dengan terus menyalahkan. Mulai dari menyalahkan orang lain, menyalahkan keadaan, dan yang lebih parah menyalahkan diri sendiri. Inilah tentang seorang yang mempercayakan kisahnya sampai pada telingaku. Ia terluka yang tak berdarah, tapi membuat matanya sembab dan memerah, ia menimbulkan guncangan psikologis yang parah, pun membuat fisiknya semakin melemah. Baru saja ia usai menata hatinya yang perlahan mulai membaik, baru saja ia dapat bernafas dengan lega melalui proses bertahun-tahun untuk mendamaikan segalanya, hanya selang beberapa waktu ia dijatuhkan lagi dengan cuma-cuma, dikecewakan, dikhianati, dipermalukan, dan dihancurkan.  Aku mengira ia akan semakin terpuruk. Nyatanya dengan cepa

MENJADI PENULIS?

Saat SMP, aku ingin sekali menjadi penulis. Aku banyak menulis mulai dari prosa, puisi, cerpen, cerbung, sampai novel yang tak kunjung jadi. Bahkan novel yang pernah aku buat sudah mencapai  sekitar 50 halaman word, tapi entah kenapa, folder di laptopku terhapus. Aku ingin suatu saat, cover buku-buku yang tersebar diberbagai toko besar, ada ruang kesempatan untuk tertera namaku. Beranjak SMA, aku semakin rajin menulis. Aku juga mengikuti perlombaan cipta puisi, meskipun kalah tapi kesempatan itu aku dapatkan. Menginjak kuliah semester awal, aku mencari informasi-informasi lomba menulis, meskipun tidak ada yang masuk hingga 3 besar tapi lagi-lagi kesempatan itu aku dapatkan. Banyak yang memuji, mulai dari tulisanku yang keren, berbakat menjadi seorang penulis, begitupun saat aku membaca cerpen ciptaanku di depan kelas aku mendapatkan pujian, lalu pernah bertemu dengan ustadz Maulana di suatu acara, saat beliau menanyakan cita-citaku, dengan spontan aku menjawab penulis di depan ribuan

LGBT Bisakah disembuhkan? Virus atau sebuah gerakan penularan?

Selama di J og j a, selain sibuk dalam urusan kuliah, aku selalu tertarik mencari-cari kegiatan semacam seminar yang tidak dipungut biaya namun bisa pulang dengan membawa perut yang sudah diisi dengan makanan nan mengenyangkan, juga dapat secarik sertifikat yang nantinya jika sudah terkumpul banyak mungkin akan aku pajang di dinding kamar kostku sebagai rasa bangga atas apa yang selama ini pernah aku lakukan. Semacam benar-benar terlihat licik yaa. Nah, sebuah pengantar yang sebenarnya sangat tidak penting. Abaikan saja. Aku sedang tidak ingin membahas tentang motif aku tertarik mengikuti berbagai macam seminar atau apalah, namun kali ini aku akan membahas materi yang sangat menarik ketika aku mengikuti salah seminar yang diisi oleh pemateri yang cukup handal. Aku akan membagi ilmu yang sudah aku dapatkan saat itu. Kasus yang kerap kita jumpai di zaman yang semakin maju ini. Tentang LGBT. Apakah ia sebuh virus atau sebuah gerakan penularan? Lalu apakah sesuatu itu bisa disembuhka

An Introduction

Namaku Awanda Erna. Sejak kecil aku dipanggil dengan sebutan Wanda. Panggilan itu selalu melekat hingga saat ini. Bisa dibilang aku hanya menumpang lahir di sebuah daerah kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, namun hidup menetap selama hampir 18 tahun di pulau paling besar di Indonesia, Kalimantan. Tepatnya di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Tempat yang kaya akan sumber alamnya, di sana penuh dengan berbagai macam sumber daya yang menggiurkan seperti batu bara, batu kapur, kelapa sawit, pohon karet, dan lain sebagainya. Kata kawan-kawanku, nama Kotabaru itu ada filosofinya. Jadi, hampir setiap tahun bangunan-bangunan besar di kota kabupaten selalu terjadi kebakaran, seperti pasar tradisional, mall, di pelabuhan, rumah-rumah warga, dan bangunan lainnya. Dan kebakaran itu memang terjadi. Entah apakah nama adalah doa, atau memang karena sering terjadi kebakaran dinamakan Kotabaru, sebab bangunannya selalu baru terus. Demi mengenyam pendidikan yang aku idam-idamkan meski bukan di kamp